Gila ya, 2019 udah 5 tahun lalu.
Been married for 5 years and now I have 2 babies!
Amazing, eh.
Just got another one last October.
My dearest baby boy.
Namanya Wira. Wira Aditya Wibisono.
Ayahnya yang kasih nama.
Katanya mau anaknya jadi orang Jawa.
Oke.
Sebenernya mamaknya punya usulan beberapa nama tapi ga ada yang cocok di ayahnya.
Trus yaudah I let him choose.
Don't really matter as long as it has a good meaning toh.
Kakak Nala udah 3 tahun,
so far being a very good sister
and of course, a toddler.
Being a mother of two is really challenging,
begitu juga being a sister at 3yo.
Jadi setiap hari selalu belajar manage emosi diri sendiri
dan membantu si kakak manage her own emotion as well.
Selalu belajar membaca perilakunya,
kenapa dia begini, kenapa dia begitu.
Biar ga salah menanggapinya.
Kadang sedih kalo lihat Nala sedih karena pengen main sama mamaknya
tapi mamak masih sibuk nyusui atau nidurkan adik.
Kadang dia nerima dengan baik, tapi kadang ga.
Kuncinya sebenernya shower of love.
Jadi ibu itu harus punya cinta dan kasih sayang
yang berlimpah-limpah dan ditunjukin ke anaknya.
Make them feel the love.
Itu yang kadangan masih naik turun.
Ya gimana ya jadi orang yang 24h 7 days a week selalu full of love.
I wish I can.
But I will always try my best.
Semoga kakak Nala dan adek Wira tumbuh besar
jadi anak yang kuat, sehat, dan full of love ya.
Showing posts with label Life. Show all posts
Showing posts with label Life. Show all posts
Wednesday, March 06, 2024
Thursday, September 05, 2019
Destiny
" Try to remember the kind of September
When life was slow and oh, so mellow
Try to remember the kind of September
When grass was green and grain was yellow
Try to remember the kind of September
When you were a tender and callow fellow
Try to remember and if you remember
Then follow, follow.."
- The Brothers Four
Hei, udah September aja ya.
Where have I been..haha
Well, I've been married. YES! M-A-R-R-I-E-D. For more than 4 months already :)
Can you believe it?
Me neither.
Apalagi sama mas Bambang. Ga pernah nyangka. Hehe
And for someone who ever doubted in marriage and stuff like destiny, I am still amazed at what had happened.
But don't worry, I've been happy :)
and I know that we made the right decision as I can see that he feels it too :)
Thank God.
Heran ya, kok bisa sih berubah pikiran semudah itu.
Aku juga heran kok.
It's just that he made me change the way I think of it.
Dia sendiri juga punya pikiran yang hampir sama sebelumnya, to live alone for the rest of his life.
But maybe something/someone made him changed his mind. I don't know for sure which one plays a bigger role.
I think everything played as a puzzle to the future (or present). It won't be complete without either one.
Maybe that is called destiny.
NB:
Maapin ga share foto ya. Banyak temen yang bete kayaknya kerna ga dikasih foto atau ga diizinin share foto.
Sejujurnya kita berdua sama-sama benci sama acara nikahan. Dari awal udah kepengen buat ga bikin acara tapi ya gimana.
Terlebih lagi acara sebagian besar mesti sesuai dengan apa yang dimau mamake.
Yang mana agak ga sejalan sama selera aku (harap maklum, drama2 begini pasti selalu ada katanya setiap mau nikah).
Salah satu yang bikin ga sreg adalah make up artist yang aku rasa bikin orang jadi kayak lenong
(maap Buk, tapi memang saya juga ga cantik Buk. wkwk)
Jadi ya maklumlah kalo ku tak mau foto lenong uwe tersebar di dunia dihital dan menjadi milik khalayak ramay.
Kalo bisa itu foto semua dibasmi dari muka bumi. wkwkwkw
Mas juga ga suka difoto.
Album foto kita tinggalin di rumah mertua. hahaa
Vidio ga pernah kita puter.
Mungkin nanti kalo udah tua trus kangen masa muda dan mau ngetawain muka sendiri, bakal ditonton.
When life was slow and oh, so mellow
Try to remember the kind of September
When grass was green and grain was yellow
Try to remember the kind of September
When you were a tender and callow fellow
Try to remember and if you remember
Then follow, follow.."
- The Brothers Four
Hei, udah September aja ya.
Where have I been..haha
Well, I've been married. YES! M-A-R-R-I-E-D. For more than 4 months already :)
Can you believe it?
Me neither.
Apalagi sama mas Bambang. Ga pernah nyangka. Hehe
And for someone who ever doubted in marriage and stuff like destiny, I am still amazed at what had happened.
But don't worry, I've been happy :)
and I know that we made the right decision as I can see that he feels it too :)
Thank God.
Heran ya, kok bisa sih berubah pikiran semudah itu.
Aku juga heran kok.
It's just that he made me change the way I think of it.
Dia sendiri juga punya pikiran yang hampir sama sebelumnya, to live alone for the rest of his life.
But maybe something/someone made him changed his mind. I don't know for sure which one plays a bigger role.
I think everything played as a puzzle to the future (or present). It won't be complete without either one.
Maybe that is called destiny.
"It is not in the stars to hold our destiny but in ourselves." - William Shakespeare
NB:
Maapin ga share foto ya. Banyak temen yang bete kayaknya kerna ga dikasih foto atau ga diizinin share foto.
Sejujurnya kita berdua sama-sama benci sama acara nikahan. Dari awal udah kepengen buat ga bikin acara tapi ya gimana.
Terlebih lagi acara sebagian besar mesti sesuai dengan apa yang dimau mamake.
Yang mana agak ga sejalan sama selera aku (harap maklum, drama2 begini pasti selalu ada katanya setiap mau nikah).
Salah satu yang bikin ga sreg adalah make up artist yang aku rasa bikin orang jadi kayak lenong
(maap Buk, tapi memang saya juga ga cantik Buk. wkwk)
Jadi ya maklumlah kalo ku tak mau foto lenong uwe tersebar di dunia dihital dan menjadi milik khalayak ramay.
Kalo bisa itu foto semua dibasmi dari muka bumi. wkwkwkw
Mas juga ga suka difoto.
Album foto kita tinggalin di rumah mertua. hahaa
Vidio ga pernah kita puter.
Mungkin nanti kalo udah tua trus kangen masa muda dan mau ngetawain muka sendiri, bakal ditonton.
Wednesday, February 13, 2019
Dram Dram Drama
"I cannot tell what you and other men
Think of this life; but, for my single self,
I had as lief not be as live to be
In awe of such a thing as I myself."
- Julius Caesar
Sebenernya udah tau dari dulu.
Tapi hari ini kembali tersadarkan.
Bahwa memang setiap orang punya drama hidup masing-masing.
Kalo dilihat-lihat ulang, ya memang my life is full of drama.
Drama that noone knows unless I told them myself.
Dan kalo dilihat lebih teliti, setiap orang telah/sedang menjalani drama hidupnya masing-masing.
And it is everyone's desire to find someone who is fully aware of this and is willing to be in it with you.
Yah, beginilah, me and my drama life.
I think you should have known 80% of it by now.
Hope you are still as excited as you ever been to spend the rest of it with me :))
Cheers for the not-so-fuc*ed-up life.
Think of this life; but, for my single self,
I had as lief not be as live to be
In awe of such a thing as I myself."
- Julius Caesar
Sebenernya udah tau dari dulu.
Tapi hari ini kembali tersadarkan.
Bahwa memang setiap orang punya drama hidup masing-masing.
Kalo dilihat-lihat ulang, ya memang my life is full of drama.
Drama that noone knows unless I told them myself.
Dan kalo dilihat lebih teliti, setiap orang telah/sedang menjalani drama hidupnya masing-masing.
And it is everyone's desire to find someone who is fully aware of this and is willing to be in it with you.
Yah, beginilah, me and my drama life.
I think you should have known 80% of it by now.
Hope you are still as excited as you ever been to spend the rest of it with me :))
Cheers for the not-so-fuc*ed-up life.
Thursday, October 11, 2018
Kamis Pagi di Stasiun Sudirman
Kuputuskan berangkat pagi benar.
Sebelum matahari mulai menyengat dan kelembaban meningkat seiring dengan peningkatan emosi.
Naik commuter adalah satu-satunya alasan yang paling rasional, walau kadang kurang 'manusiawi'.
Setengah 6 sepertinya waktu yang tepat sebelum puncak ketidakmanusiawian jalur commuter yang akan aku naiki.
Walau harus menanggung resiko menunggu 1 jam lebih.
Resiko yang sekali lagi lebih manusiawi dibanding harus berdesakan diantara campuran aroma bedak, sabun, parfum dan minyak angin.
Berjuang nyari tumpuan dan pijakan.
Dan setengah 6 terbukti adalah waktu yang tepat untuk naik commuter dari daerah Jakarta Selatan yang kata anak Jaksel tergolong Depok ini.
Kuputuskan duduk nunggu di kursi peron.
Masih mengutuk ketidakbecusan lembaga pemerintah yang akan aku datangi.
Demi selembar A4 yang ga kunjung selesai berminggu-minggu.
Di ujung kursi satunya duduk Bapak-Bapak udah lumayan berumur.
Tinggi sedang, badan bisa dibilang agak sedikit kurus, kulit keriput gelap terbakar matahari.
Celana bahan hitam, sendal hitam, dan jaket kain berwarna hitam merah dengan sejumlah huruf di bagian punggung.
Beliau turun dari kereta yang berhenti setelah kereta yg aku naiki.
Duduk sekitar 10 menitan.
Sesekali terlihat memijati kakinya.
Sementara di peron seberang terlihat seorang Bapak yang lebih muda dari Bapak di sebelah ku ini.
Kaos lengan pendek dengan warna kuning pudar, celana pendek, dan sendal jepit.
Tertidur pulas bersandar pilar iklan di peron stasiun.
Di lantai, tanpa alas.
Setiap 5-15 menitan kereta berhenti dan ratusan manusia berhamburan keluar dari gerbong.
Pria, wanita. Tua, muda. Modis, sederhana.
Kebanyakan mengenakan headset, masker, atau jalan sambil melihat handphone.
Mungkin lagi mesen ojol.
Kebanyakan terlihat mengenakan ransel, yang beberapa bisa dibilang terlihat usang.
Sebagian lain dengan handbag berkulit sintetis yang banyak di jual di pasar maupun salah satu mall yang hampir setiap hari masang diskon gede2an.
Hanya 1 2 yang terlihat dengan tas ber-label internasional brand berharga jutaan rupiah.
Sama halnya dengan sepatu/sendal yang dikenakan.
Ga sedikit yang bawa ransel dengan beban yang lumayan.
Atau goodiebag dengan ukuran bervariasi dari satu orang dan orang lain.
Sepertinya kebanyakan berisi bekal makan siang.
Terlihat juga penumpang yang membawa troli (papan beroda yang ditarik tangan) yang di atasnya diletakkan tas goni plastik bentuk kotak (yang dulu waktu kuliah aku juga pake buat isi barang, berguna untuk pindahan).
Ntah apa isinya.
Lama aku duduk.
Melihat ribuan langkah cepat dan tergesa-gesa.
Ribuan langkah yang beresonansi, sarat akan tujuan yang kurang lebih sama:
belanja harian, uang sekolah anak, kredit kendaraan, dan kredit rumah
Kemudian aku teringat cuplikan video di timeline medsos yang menginterview sejumlah mahasiswa di Jabodetabek mengenai the money value of the fashion yang mereka kenakan.
Jujur aku tercengang ketika melihat clip tersebut.
Mahasiswa2 yang diinterview di clip ini, ketika di total, mulai dari kepala sampe kaki, yang mereka kenakan bisa bernilai puluhan hingga ratusan juta.
Bahkan salah satunya mengenakan jam tangan dengan harga ratusan juta.
WTF.
Dalam hati masih aja bertanya kenapa Allah menciptakan manusia.
Sebelum matahari mulai menyengat dan kelembaban meningkat seiring dengan peningkatan emosi.
Naik commuter adalah satu-satunya alasan yang paling rasional, walau kadang kurang 'manusiawi'.
Setengah 6 sepertinya waktu yang tepat sebelum puncak ketidakmanusiawian jalur commuter yang akan aku naiki.
Walau harus menanggung resiko menunggu 1 jam lebih.
Resiko yang sekali lagi lebih manusiawi dibanding harus berdesakan diantara campuran aroma bedak, sabun, parfum dan minyak angin.
Berjuang nyari tumpuan dan pijakan.
Dan setengah 6 terbukti adalah waktu yang tepat untuk naik commuter dari daerah Jakarta Selatan yang kata anak Jaksel tergolong Depok ini.
Kuputuskan duduk nunggu di kursi peron.
Masih mengutuk ketidakbecusan lembaga pemerintah yang akan aku datangi.
Demi selembar A4 yang ga kunjung selesai berminggu-minggu.
Di ujung kursi satunya duduk Bapak-Bapak udah lumayan berumur.
Tinggi sedang, badan bisa dibilang agak sedikit kurus, kulit keriput gelap terbakar matahari.
Celana bahan hitam, sendal hitam, dan jaket kain berwarna hitam merah dengan sejumlah huruf di bagian punggung.
Beliau turun dari kereta yang berhenti setelah kereta yg aku naiki.
Duduk sekitar 10 menitan.
Sesekali terlihat memijati kakinya.
Sementara di peron seberang terlihat seorang Bapak yang lebih muda dari Bapak di sebelah ku ini.
Kaos lengan pendek dengan warna kuning pudar, celana pendek, dan sendal jepit.
Tertidur pulas bersandar pilar iklan di peron stasiun.
Di lantai, tanpa alas.
Setiap 5-15 menitan kereta berhenti dan ratusan manusia berhamburan keluar dari gerbong.
Pria, wanita. Tua, muda. Modis, sederhana.
Kebanyakan mengenakan headset, masker, atau jalan sambil melihat handphone.
Mungkin lagi mesen ojol.
Kebanyakan terlihat mengenakan ransel, yang beberapa bisa dibilang terlihat usang.
Sebagian lain dengan handbag berkulit sintetis yang banyak di jual di pasar maupun salah satu mall yang hampir setiap hari masang diskon gede2an.
Hanya 1 2 yang terlihat dengan tas ber-label internasional brand berharga jutaan rupiah.
Sama halnya dengan sepatu/sendal yang dikenakan.
Ga sedikit yang bawa ransel dengan beban yang lumayan.
Atau goodiebag dengan ukuran bervariasi dari satu orang dan orang lain.
Sepertinya kebanyakan berisi bekal makan siang.
Terlihat juga penumpang yang membawa troli (papan beroda yang ditarik tangan) yang di atasnya diletakkan tas goni plastik bentuk kotak (yang dulu waktu kuliah aku juga pake buat isi barang, berguna untuk pindahan).
Ntah apa isinya.
Lama aku duduk.
Melihat ribuan langkah cepat dan tergesa-gesa.
Ribuan langkah yang beresonansi, sarat akan tujuan yang kurang lebih sama:
belanja harian, uang sekolah anak, kredit kendaraan, dan kredit rumah
Kemudian aku teringat cuplikan video di timeline medsos yang menginterview sejumlah mahasiswa di Jabodetabek mengenai the money value of the fashion yang mereka kenakan.
Jujur aku tercengang ketika melihat clip tersebut.
Mahasiswa2 yang diinterview di clip ini, ketika di total, mulai dari kepala sampe kaki, yang mereka kenakan bisa bernilai puluhan hingga ratusan juta.
Bahkan salah satunya mengenakan jam tangan dengan harga ratusan juta.
WTF.
Dalam hati masih aja bertanya kenapa Allah menciptakan manusia.
Friday, May 04, 2018
Rindu
Ah, suasana ini.
Sudah lama aku tak di sini.
Diantara wajah-wajah lelah itu.
Wajah-wajah lelah yang berusaha mengusir bosan dengan birunya layar ponsel di genggaman.
Ponsel-ponsel investasi.
Ponsel-ponsel yang menemani satu dua jam perjalanan dalam diam,
diantara aroma penat yang memenuhi udara.
Mendadak aku merasa sepi.
Tujuan terakhir.
Aku melangkah keluar.
Terdiam sejenak untuk menikmati udara bebas yang mengisi paru-paru.
Udara dingin dan lembab.
Hujan akan turun tak lama lagi.
Aku berjalan bersama ratusan langkah kaki yang bersemangat.
Bersemangat untuk segera pulang.
Pulang menuju hangatnya ruang makan, ruang keluarga,
dan hangatnya pelukan.
Menikmati penghujung minggu yang tak akan berlangsung lama.
Jalanan ini.
Jalanan yang tak asing.
Jalanan yang dipenuhi berbagai kehidupan.
Jalanan yang sama,
yang tak berubah barang sedikit pun.
Tetesan kecil hujan mulai membasahi dua kaca bening yang terpasang di depan mataku.
Menciptakan butiran-butiran samar yang memantulkan cahaya jalanan.
Tak perlu lensa kamera untuk melihat bokeh itu.
Aku menengadahkan wajah.
Menikmati rintik yang tak lagi ragu untuk jatuh.
Menetes dan mengalir di pipi.
Sensasi yang baru kusadari sudah lama tak kurasa.
Ah, I don't even know if it's a good thing or a hidden caution.
Langit kelabu.
Tak seperti malam kemarin.
Malam dengan Saturnus dan Jupiter yang bersinar terang menemani.
Juga beberapa bintang,
yang hanya terlihat dengan bantuan dua lempengan kaca kecil ini.
Malam dengan bulan yang tak lagi penuh.
Malam yang membuat aku rindu.
Rindu akan mimpi-mimpi yang terlupakan.
~
Sudah lama aku tak di sini.
Diantara wajah-wajah lelah itu.
Wajah-wajah lelah yang berusaha mengusir bosan dengan birunya layar ponsel di genggaman.
Ponsel-ponsel investasi.
Ponsel-ponsel yang menemani satu dua jam perjalanan dalam diam,
diantara aroma penat yang memenuhi udara.
Mendadak aku merasa sepi.
Tujuan terakhir.
Aku melangkah keluar.
Terdiam sejenak untuk menikmati udara bebas yang mengisi paru-paru.
Udara dingin dan lembab.
Hujan akan turun tak lama lagi.
Aku berjalan bersama ratusan langkah kaki yang bersemangat.
Bersemangat untuk segera pulang.
Pulang menuju hangatnya ruang makan, ruang keluarga,
dan hangatnya pelukan.
Menikmati penghujung minggu yang tak akan berlangsung lama.
Jalanan ini.
Jalanan yang tak asing.
Jalanan yang dipenuhi berbagai kehidupan.
Jalanan yang sama,
yang tak berubah barang sedikit pun.
Tetesan kecil hujan mulai membasahi dua kaca bening yang terpasang di depan mataku.
Menciptakan butiran-butiran samar yang memantulkan cahaya jalanan.
Tak perlu lensa kamera untuk melihat bokeh itu.
Aku menengadahkan wajah.
Menikmati rintik yang tak lagi ragu untuk jatuh.
Menetes dan mengalir di pipi.
Sensasi yang baru kusadari sudah lama tak kurasa.
Ah, I don't even know if it's a good thing or a hidden caution.
Langit kelabu.
Tak seperti malam kemarin.
Malam dengan Saturnus dan Jupiter yang bersinar terang menemani.
Juga beberapa bintang,
yang hanya terlihat dengan bantuan dua lempengan kaca kecil ini.
Malam dengan bulan yang tak lagi penuh.
Malam yang membuat aku rindu.
Rindu akan mimpi-mimpi yang terlupakan.
~
Wednesday, April 11, 2018
Pathetic
Pernah ga sih, ngerasa ga siap sama sesuatu yang baru?
Mungkin, mostly semua orang bakal ngerasa hal yang sama ya.
Kayaknya ini alasan paling besar kenapa akhir-akhir ini rasanya demotivated gitu buat ngelamar kerja.
Kerna emotionally belum siap untuk terjun ke dunia kerja.
Terlebih lagi, lowongan kerja yang menarik perhatian juga bisa dihitung pake jari.
Apalagi lowongan yang akunya qualified..#sigh #meratapinasib
Sebenernya sih, dulu sempat berketetapan kalo mau santai-santai dulu aja abis lulus.
More or less 3 bulan ga mau kerja dulu gitu.
Tapi kan tetap aja ya, nyari kerjanya mesti dari sekarang.
Mana uang semakin menipis, banyak pengeluaran tak terduga, yang jauh di luar perencanaan.
Budget yang dengan susah payah disisihkan disela-sela memenuhi hasrat jalan-jalan ternyata umurnya ga panjang.
Ah, sedih..
Saatnya kembali ke realita kehidupan.
Kata orang, semua tergantung pilihan.
Ya sih..
Dari dulu juga begitu, ga cuma sekarang kan.
Tapi ntah kenapa yang sekarang ini rasanya memilih salah satu jadi jauh lebih berat.
2-3 tahun lalu, sering kali pilihan masih dibumbui ego.
Sekarang, bahkan untuk egois pun susah.
Saat idealisme dihadapkan dengan materi..
Bicara soal materi, 2 hari lalu, sempat merasa tercekat di jalan pulang ke kosan.
Sore itu panas dan gerah. Jalan berdua bareng noya, tanpa banyak ngobrol.
Lagi galau mikirin semua pengeluaran di luar dugaan, juga mikirin gimana caranya berhemat untuk ke depan.
Mikirin beli apa buat makan malam, sambil berusaha keras menahan diri buat ga jajan minuman dingin.
Di depan terlihat seorang Bapak berjalan dengan kaki, maaf, pincang.
Kaki kanannya lebih kecil dari kaki kiri.
Bajunya lusuh, tanpa barang bawaan apapun.
Kami berjalan beberapa langkah di belakang Bapak tersebut.
Tak jauh di depan terlihat seorang Bapak tua duduk di pinggiran trotoar sambil memegang mangkuk plastik kecil di depannya.
Jujur waktu itu aku ga terlalu memperhatikan Bapak tua ini.
Karena di sepanjang trotoar yang kami jalani banyak orang duduk sambil menjual barang dagangannya.
Kejadian itu berlangsung kurang dari 5 detik.
Tanpa aku duga, Bapak di depan kami berhenti, merogoh kantung celananya, lalu menjatuhkan sejumlah uang (ntah itu kertas atau koin), ke mangkuk Bapak tua tadi, lalu kemudian melanjutkan jalan.
Aku merasakan gelombang perasaan yang aneh selama sepersekian detik.
Namun karena momentum langkah kami, aku hanya dapat terus berjalan sambil melirik ke Bapak tua tadi, lalu memandang kosong ke Bapak di depan kami.
....... Saat itu juga aku merasa diri ini sangat kecil dan menyedihkan.
Entah apa yang ada di pikiran Bapak tersebut ketika dia menyerahkan uangnya,
yang mungkin akan sangat berharga untuk keperluan hidupnya yang lain, ke Bapak tua tadi.
Atau, mungkin harusnya pertanyaan di atas dirubah.
... Entah apa yang aku pikirkan selama ini sehingga bisa menjadi pribadi yang semenyedihkan ini.
Sunday, November 05, 2017
Pembenaran Diri
Masih kepikiran
Dua malam lalu, mungkin sekitar pukul setengah 8 malam, lepas pulang dari kantor
Biasanya pergi pulang naik tram, tapi Jumat malam kemarin aku memutuskan jalan kaki
Sambil menikmati suasana romantis di sepanjang Sungai Garonne
Tak jauh dari pintu utama gedung apartemen, langkahku sempat terhenti
Di sisi kiri trotoar jalan yang aku lewati, terlihat seorang bapak sedang berjalan dengan susah payah
Selangkah demi selangkah, ke arah yang berlawanan
Di antara gedung dan mobil-mobil yang di parkir di sisi jalan
Kebetulan aku jalan di tengah jalan, karena jalanan di depan kompleks gedung ini memang biasa sepi kendaraan
Terlebih lagi trotoar di sisi jalan sangat kecil ukurannya
Terkadang juga susah dilewati karena satu dua kotak sampah yang diletakkan di luar oleh pemilik gedung
Untuk dikumpulkan oleh truck pengumpul sampah
Sambil tetap melangkah pelan, aku memperhatikan beliau
Sebungkus plastik berukuran lumayan besar terlihat di sisinya
Melangkah sekali, memindahkan plastik ke depan, kemudian melangkah lagi
Tubuhnya terlihat sudah tidak lagi mampu untuk berdiri tegak
Tangannya di pinggul
Seolah-olah menyokong tubuhnya untuk tetap dapat berdiri
Ada begitu banyak pertanyaan yang terlintas di benakku saat itu
Segala kemungkinan mengenai identitas beliau, apa yang ada di plastik di tangannya,
kemana tujuannya, dan mengapa dia ada di situasi itu
Juga segala kemungkinan mengenai apa yang seharusnya aku lakukan
Sayangnya perasaan kuat untuk membantu beliau dikalahkan begitu saja oleh rasa takut dan kurangnya rasa percaya diri
Bukan, bukan takut akan hal yang tidak diinginkan
Apa yang patut ditakutkan dari seseorang yang bersusah payah bahkan untuk melangkah?
Aku takut intensiku untuk membantu bukan sesuatu yang diinginkan
Terlebih lagi aku hanya bisa berbahasa Inggris
Hampir semua penduduk lokal di kota ini menggunakan bahasa Prancis
Faktor lain adalah soal penampilan
Walaupun di kota ini terdapat sejumlah penduduk muslim, yang kebanyakan berasal dari Maroko,
Namun di lingkungan sekitar tempat tinggalku ini, hanya aku yang memakai kerudung
Bukan, bukan aku malu mengenai agama yang kupeluk
Tapi aku bisa merasakan perbedaan atmosfer antara hidup disini dan di Belanda
Aku sadar sebagian besar dari apa yang aku rasakan ini lebih karena aku baru di lingkungan ini
Mungkin lirikan orang bukan karena penampilanku,
tapi lebih karena aku masih baru dan terlihat asing disini
Ya, sepertinya begitu
Aku berpikir keras bagaimana caranya untuk menawarkan bantuan tanpa komunikasi verbal dan tidak terlihat aneh
Aneh? Ntah lah, kenapa ada kata aneh terlintas saat itu
Sedikit menyesal aku tak punya sesuatu apapun di dalam tas, apel misalnya, roti, atau cokelat
Atau jaket. Ya, malam itu memang jauh lebih dingin dari malam-malam sebelumnya
Ntah juga, kenapa aku berpikiran begini ya?
Memangnya semua orang yang terlihat jalan dengan susah payah, butuh makanan?
Butuh jaket?
Berlatarbelakang berbagai justifikasi murahan tadi,
Aku menyerah
Aku melanjutkan langkah, pelan
Pintu apartemen hanya beberapa langkah di depan, di sisi jalan yang sama
Kunci sudah ditangan, hanya perlu membuka kunci pintu dan masuk
Tapi langkahku masih terasa sangat berat
Aku berpaling dan melihat beliau berhenti melangkah, memegang pinggang, kemudian bersandar ke sebuah mobil
Disaat yang sama, seorang bapak lain, mungkin berumur sekitar 40-50an, keluar dari rumah di sisi lain jalan
Bapak tersebut terlihat memegang beberapa barang di tangannya
Menyeberang jalan dan memasukkan barang-barang tadi ke dalam mobil yang di parkir tak jauh dari aku berdiri
Kemudian menatap heran aku yang lama berdiri diam
Lalu menoleh mengikuti arah pandanganku
Ya, aku hanya berdiri diam mematung di depan pintu apartemen
Sambil memperhatikan bapak tua tadi, yang sedang bersandar di mobil
Beberapa detik kemudian, aku memutuskan membuka pintu dan melangkah masuk
__________________________________________________
Ada sedikit rasa penyesalan yang aku rasakan bahkan sampai hari ini
Kenapa hanya untuk mengulurkan tangan harus dipenuhi berbagai hipotesis?

Dua malam lalu, mungkin sekitar pukul setengah 8 malam, lepas pulang dari kantor
Biasanya pergi pulang naik tram, tapi Jumat malam kemarin aku memutuskan jalan kaki
Sambil menikmati suasana romantis di sepanjang Sungai Garonne
Tak jauh dari pintu utama gedung apartemen, langkahku sempat terhenti
Di sisi kiri trotoar jalan yang aku lewati, terlihat seorang bapak sedang berjalan dengan susah payah
Selangkah demi selangkah, ke arah yang berlawanan
Di antara gedung dan mobil-mobil yang di parkir di sisi jalan
Kebetulan aku jalan di tengah jalan, karena jalanan di depan kompleks gedung ini memang biasa sepi kendaraan
Terlebih lagi trotoar di sisi jalan sangat kecil ukurannya
Terkadang juga susah dilewati karena satu dua kotak sampah yang diletakkan di luar oleh pemilik gedung
Untuk dikumpulkan oleh truck pengumpul sampah
Sambil tetap melangkah pelan, aku memperhatikan beliau
Sebungkus plastik berukuran lumayan besar terlihat di sisinya
Melangkah sekali, memindahkan plastik ke depan, kemudian melangkah lagi
Tubuhnya terlihat sudah tidak lagi mampu untuk berdiri tegak
Tangannya di pinggul
Seolah-olah menyokong tubuhnya untuk tetap dapat berdiri
Ada begitu banyak pertanyaan yang terlintas di benakku saat itu
Segala kemungkinan mengenai identitas beliau, apa yang ada di plastik di tangannya,
kemana tujuannya, dan mengapa dia ada di situasi itu
Juga segala kemungkinan mengenai apa yang seharusnya aku lakukan
Sayangnya perasaan kuat untuk membantu beliau dikalahkan begitu saja oleh rasa takut dan kurangnya rasa percaya diri
Bukan, bukan takut akan hal yang tidak diinginkan
Apa yang patut ditakutkan dari seseorang yang bersusah payah bahkan untuk melangkah?
Aku takut intensiku untuk membantu bukan sesuatu yang diinginkan
Terlebih lagi aku hanya bisa berbahasa Inggris
Hampir semua penduduk lokal di kota ini menggunakan bahasa Prancis
Faktor lain adalah soal penampilan
Walaupun di kota ini terdapat sejumlah penduduk muslim, yang kebanyakan berasal dari Maroko,
Namun di lingkungan sekitar tempat tinggalku ini, hanya aku yang memakai kerudung
Bukan, bukan aku malu mengenai agama yang kupeluk
Tapi aku bisa merasakan perbedaan atmosfer antara hidup disini dan di Belanda
Aku sadar sebagian besar dari apa yang aku rasakan ini lebih karena aku baru di lingkungan ini
Mungkin lirikan orang bukan karena penampilanku,
tapi lebih karena aku masih baru dan terlihat asing disini
Ya, sepertinya begitu
Aku berpikir keras bagaimana caranya untuk menawarkan bantuan tanpa komunikasi verbal dan tidak terlihat aneh
Aneh? Ntah lah, kenapa ada kata aneh terlintas saat itu
Sedikit menyesal aku tak punya sesuatu apapun di dalam tas, apel misalnya, roti, atau cokelat
Atau jaket. Ya, malam itu memang jauh lebih dingin dari malam-malam sebelumnya
Ntah juga, kenapa aku berpikiran begini ya?
Memangnya semua orang yang terlihat jalan dengan susah payah, butuh makanan?
Butuh jaket?
Berlatarbelakang berbagai justifikasi murahan tadi,
Aku menyerah
Aku melanjutkan langkah, pelan
Pintu apartemen hanya beberapa langkah di depan, di sisi jalan yang sama
Kunci sudah ditangan, hanya perlu membuka kunci pintu dan masuk
Tapi langkahku masih terasa sangat berat
Aku berpaling dan melihat beliau berhenti melangkah, memegang pinggang, kemudian bersandar ke sebuah mobil
Disaat yang sama, seorang bapak lain, mungkin berumur sekitar 40-50an, keluar dari rumah di sisi lain jalan
Bapak tersebut terlihat memegang beberapa barang di tangannya
Menyeberang jalan dan memasukkan barang-barang tadi ke dalam mobil yang di parkir tak jauh dari aku berdiri
Kemudian menatap heran aku yang lama berdiri diam
Lalu menoleh mengikuti arah pandanganku
Ya, aku hanya berdiri diam mematung di depan pintu apartemen
Sambil memperhatikan bapak tua tadi, yang sedang bersandar di mobil
Beberapa detik kemudian, aku memutuskan membuka pintu dan melangkah masuk
__________________________________________________
Ada sedikit rasa penyesalan yang aku rasakan bahkan sampai hari ini
Kenapa hanya untuk mengulurkan tangan harus dipenuhi berbagai hipotesis?

Thursday, November 02, 2017
Fatamorgana
Susah ya
Kalo disaat-saat kayak gini, pengennya ada orang yang bisa baca pikiran
Yang bisa ngerti tanpa perlu nanya
Yang cukup dengan 'hadir', either physically or not
Tapi bisa ngasih kehangatan
Pengen cerita tapi gimana
Ga cerita juga berasa digerogoti sendiri
Tapi ga tau juga mesti cerita ke siapa
Ah, hidup..hidup..
Tapi emang hal-hal kayak gini dari dulu ga pernah cerita ke siapa pun sih
Mendam sendiri, stress sendiri
Walaupun alhamdulillah sekarang ngerasanya ga se-mentally break down kayak dulu
Ternyata tumbuh dewasa itu ada hikmahnya juga
(yaiyalaaah)
Hmm..tapi tetap aja sih stress, pusing
Kerna lebih dewasa juga ga menjamin bisa mikirin solusi yang lebih baik
Cuma mentok di lebih dewasa dalam menyikapi aja
Hampir 2 tahun berusaha lari dari dunia nyata
Jampi-jampi pikiran sendiri kalo semua baik-baik aja
Menghindari semua prasangka-prasangka negatif yang sebenernya lebih dekat sama realita
Tapi ya namanya manusia
Kalo udah ditampar realita baru matanya kebuka
Ga perlu jauh berangan-angan
Mungkin hidup itu memang cuma fatamorgana
selebihnya gelap tanpa cahaya

P.S. Selamat ulang tahun ayah. Semoga selalu dalam lindungan-Nya.
Kalo disaat-saat kayak gini, pengennya ada orang yang bisa baca pikiran
Yang bisa ngerti tanpa perlu nanya
Yang cukup dengan 'hadir', either physically or not
Tapi bisa ngasih kehangatan
Pengen cerita tapi gimana
Ga cerita juga berasa digerogoti sendiri
Tapi ga tau juga mesti cerita ke siapa
Ah, hidup..hidup..
Tapi emang hal-hal kayak gini dari dulu ga pernah cerita ke siapa pun sih
Mendam sendiri, stress sendiri
Walaupun alhamdulillah sekarang ngerasanya ga se-mentally break down kayak dulu
Ternyata tumbuh dewasa itu ada hikmahnya juga
(yaiyalaaah)
Hmm..tapi tetap aja sih stress, pusing
Kerna lebih dewasa juga ga menjamin bisa mikirin solusi yang lebih baik
Cuma mentok di lebih dewasa dalam menyikapi aja
Hampir 2 tahun berusaha lari dari dunia nyata
Jampi-jampi pikiran sendiri kalo semua baik-baik aja
Menghindari semua prasangka-prasangka negatif yang sebenernya lebih dekat sama realita
Tapi ya namanya manusia
Kalo udah ditampar realita baru matanya kebuka
Ga perlu jauh berangan-angan
Mungkin hidup itu memang cuma fatamorgana
selebihnya gelap tanpa cahaya
P.S. Selamat ulang tahun ayah. Semoga selalu dalam lindungan-Nya.
Tuesday, October 31, 2017
Kangen Itu Kayak Belut
Kenapa ya, pikiran kita kadang suka ga bisa diatur buat mikirin hal yang mestinya dipikirin aja
Kenapa ketika kita ga mau mikirin sesuatu, malah kadang jadi kepikiran terus
Kenapa pikiran-pikiran yang bikin sedih itu gampang banget nyelip
Licin, kayak belut
Apalagi kalo kita berusaha keras buat ga mikirin
Malah jadi kepikiran
Berusaha keras buat ga kangen
Malah jadi kangen banget
(eh, ga nyambung ya?)
Lebih sedih mana sih:
1. kangen sama orang, disampein ke orangnya, tapi no response
2. kangen sama orang, tapi ga bisa bilang
3. kangen sama orang, but ... nothing will change even if you say so, so what's the need to say it
Hmmm
Mungkin bukan kangen
Mungkin cuma kepikiran aja (bedanya apa?)
Mungkin nanti ga bakal kepikiran lagi (kemarin2 juga mikir gitu)
Mungkin mesti sok sibuk sama kerjaan (masih kurang, kerjaannya? mo ditambahin?)
Mungkin mesti aktif fangirling lagi (emang pernah nonaktif?)
Ih, naon sih, sinis amat reaksinya
Ga tau apa orang lagi sedih
Heu
Mungkin bener kata Pak Haruki Murakami

Mungkin harus belajar menikmati hidup apa adanya
Sepi itu bukan berarti harus sedih
Tapi mikir doang mah gampang
Prakteknya selalu gagal
Kenapa ketika kita ga mau mikirin sesuatu, malah kadang jadi kepikiran terus
Kenapa pikiran-pikiran yang bikin sedih itu gampang banget nyelip
Licin, kayak belut
Apalagi kalo kita berusaha keras buat ga mikirin
Malah jadi kepikiran
Berusaha keras buat ga kangen
Malah jadi kangen banget
(eh, ga nyambung ya?)
Lebih sedih mana sih:
1. kangen sama orang, disampein ke orangnya, tapi no response
2. kangen sama orang, tapi ga bisa bilang
3. kangen sama orang, but ... nothing will change even if you say so, so what's the need to say it
Hmmm
Mungkin bukan kangen
Mungkin cuma kepikiran aja (bedanya apa?)
Mungkin nanti ga bakal kepikiran lagi (kemarin2 juga mikir gitu)
Mungkin mesti sok sibuk sama kerjaan (masih kurang, kerjaannya? mo ditambahin?)
Mungkin mesti aktif fangirling lagi (emang pernah nonaktif?)
Ih, naon sih, sinis amat reaksinya
Ga tau apa orang lagi sedih
Heu
Mungkin bener kata Pak Haruki Murakami
Mungkin harus belajar menikmati hidup apa adanya
Sepi itu bukan berarti harus sedih
Tapi mikir doang mah gampang
Prakteknya selalu gagal
Monday, October 23, 2017
Just Bring Me Back Home
One year ago
It was around this time
I thought that autumn was the warmest season
Why?
Maybe because my heart beat so fast just by sitting on the bus
But it's not anymore
Autumn is just a cold season
With the cold wind
And the cold rain
Everything is cold
Few months ago
I thought spring is the most beautiful season
But not anymore
I don't love tulip
Nor the cherry flower
Not anymore
Just bring me to the place where there is no autumn nor spring
Bring me to the place where I will no longer feel cold and shivering
Bring me to the place where there is no false hope
To the place where people don't break promises easily
Just bring me back home
But I still trapped in this cold autumn
Wondering how to avoid the winter
For I could feel no warmth left in my soul
But I refuse to stop now
Because giving up is not a choice
It's not right to give up, just because it is not easy.
- Bae Dong Moon
Friday, September 29, 2017
Sesederhana Sebuah Pelukan
Siang tadi, setelah sampai detik terakhir galau mo ke kampus atau ga, akhirnya ku berangkat juga ke kampus
Beberapa hari ini berasa ga punya tujuan hidup
Ga punya motivasi buat ngapa-ngapain
Sampai sekarang belom mulai ngerjain internship juga
Padahal banyak banget yang mesti dipelajari
*menghela nafas*
Tadinya mo kabur ke Utrecht, ikutan muter-muter sama Noya yang lagi ngurusin sign out kerna mo balik Indo in a few days
Duh, sedih ih ditinggalin semua orang begini T_T
Tapi pas bangun, cuacanya mendung banget
Trus lagi puasa juga
Jadinya mutusin ga jadi ke Utrecht
Trus malah ke kampus
Ikutan nyambut Bapak-Ibu Ristekdikti sama IPB
Mereka maen ke WUR, abis dari Indonesia Inovation Day
Ga sengaja, ketemu sama Nur waktu masuk Forum
Dari papasan sebelumnya, dia cerita kalo lagi ada masalah sama tesis
Trus mesti perpanjang masa studi
Sedih sih kalo dengar cerita dia
Kayaknya masalah tesis uwe bukan apa-apa
Masa supervisor nya tetiba resign dari kerjaan
Spv-nya bilang beliau berasa hampir gila kalo masih nerusin kerja
I can't imagine how she feels exactly, to be honest
Gimana rasanya hampir gila?
Hmm, sebenernya di postingan sebelum-sebelumnya aku udah nunjukin tanda-tanda menuju hampir gila sih ya kayaknya
Tapi kayaknya apa yang aku rasa ga ada apa-apanya dibanding ibunya yang pada akhirnya nyerah dan mutusin resign
Meninggalkan semua tanggung jawab
Trus Nur nya ditinggalin gitu aja,
Padahal ga ada yang tau bener-bener soal projek yang dia kerjakan
Jadi tadi pas ketemu Nur, aku tanyain apa kabar tesisnya
Alhamdulillah katanya Senin dia exam
Ah, alhamdulillah
Memang selalu ada harapan di sisi-sisi paling gelap sekali pun :"
Kerna aku tau dia intake September, aku tanya kapan rencana balik
semua orang aja pergi T_T
And suddenly I was surprised by her answer
Katanya: "Belum tau nih kapan bisa pulang, soalnya border sudah ditutup"
"Hah?? Border? Border apaan?
Kamu dari mana sih??"
"I'm from Palestine."
"What?? I thought you're from Egypt!"
"Noo. I'm from Palestine."
Ya Allah...
Ku ga tau mesti ngasih response apa.
Aku tanya jadi dia bakal gimana abis lulus
Katanya dia harus stay disini dulu dan mesti perpanjang Visa
Dan masih ga tau bakal gimana nantinya
Astaghfirullah..
Meanwhile aku yang masih punya rumah untuk pulang aja masih ngerasa hopeless sama semua ketidakpastian yang bakal aku hadapi setelah lulus nanti
Apa jadinya dia..
Yang bahkan untuk pulang aja ga tau bisa atau ga
Yang setiap hari khawatir apa yang bakal terjadi sama keluarganya di Palestine
Yang pastinya bakalan lebih sulit buat nyusun rencana hidupnya ke depan
Yang mungkin plan A, plan B, plan C aja ga cukup
Ya Allah,
Aku jadi merasa hina, depresi kerna sesuatu yang ga pantes sama sekali buat dibandingin sama masalah yang dia hadapi
Kayaknya memang ada aja cara Allah buat nunjukin kalo aku kurang bersyukur
Setiap kali ada di stage yang hopeless dan ga tau mesti berbuat apa,
Pasti ada aja sesuatu yang bikin aku berasa 'slapped on my face'
Bahkan sesederhana papasan sama orang yang seminggu sekali belum tentu ketemu
Yang bahkan ketemunya kurang dari 10 menit
Sesederhana baca Qur'an 2 halaman di waktu Maghrib, yang tetiba hari ini isinya tentang bersyukur
Kurang apa lagi coba Zi..
Kalo diingat-ingat
Sebelumnya aku juga pernah ketemu Nur disaat lagi kalut
Kerna tetiba sadar udah ngelakuin kesalahan waktu nyeleksi sungai buat olahan data tesis
Padahal udah hampir di tahap terakhir
Tapi waktu sadar ada yang salah di awal dan mesti ngerjain dari awal lagi,
rasanya pengen nangis sambil teriak sekencang-kencangnya
But instead, aku kabur dari perpus trus ke mushollah buat sholat dzuhur, sambil berlinangan air mata
Di Musholla ketemu Nur, yang walaupun aku udah ngapus air mata,
tapi dari gerak-gerik ku dia tau kalo aku lagi ada masalah
Eh trus dipeluk lah sama dia..
Jadinya ku malah makin nangis deh
Tapi bersyukur kerna Allah udah ngasih sesuatu yang memang paling aku butuhin
Lewat orang yang hampir bisa dibilang masih asing
Ah, life..
Bener-bener ya
Mungkin memang bukan untuk dipertanyakan atau dikhawatirkan
Tapi untuk dijalani sebaik-baiknya dan untuk disyukuri sebesar-besarnya

Alhamdulillah
Terima kasih ya Allah udah ngasih hamba dan keluarga kesehatan dan umur yang panjang
Juga untuk semua berkah dan rezeki yang dicurahkan :"
Terima kasih udah nuntun hamba di jalan ini
I know You know the best :"
Beberapa hari ini berasa ga punya tujuan hidup
Ga punya motivasi buat ngapa-ngapain
Sampai sekarang belom mulai ngerjain internship juga
Padahal banyak banget yang mesti dipelajari
*menghela nafas*
Tadinya mo kabur ke Utrecht, ikutan muter-muter sama Noya yang lagi ngurusin sign out kerna mo balik Indo in a few days
Duh, sedih ih ditinggalin semua orang begini T_T
Tapi pas bangun, cuacanya mendung banget
Trus lagi puasa juga
Jadinya mutusin ga jadi ke Utrecht
Trus malah ke kampus
Ikutan nyambut Bapak-Ibu Ristekdikti sama IPB
Mereka maen ke WUR, abis dari Indonesia Inovation Day
Ga sengaja, ketemu sama Nur waktu masuk Forum
Dari papasan sebelumnya, dia cerita kalo lagi ada masalah sama tesis
Trus mesti perpanjang masa studi
Sedih sih kalo dengar cerita dia
Kayaknya masalah tesis uwe bukan apa-apa
Masa supervisor nya tetiba resign dari kerjaan
Spv-nya bilang beliau berasa hampir gila kalo masih nerusin kerja
I can't imagine how she feels exactly, to be honest
Gimana rasanya hampir gila?
Hmm, sebenernya di postingan sebelum-sebelumnya aku udah nunjukin tanda-tanda menuju hampir gila sih ya kayaknya
Tapi kayaknya apa yang aku rasa ga ada apa-apanya dibanding ibunya yang pada akhirnya nyerah dan mutusin resign
Meninggalkan semua tanggung jawab
Trus Nur nya ditinggalin gitu aja,
Padahal ga ada yang tau bener-bener soal projek yang dia kerjakan
Jadi tadi pas ketemu Nur, aku tanyain apa kabar tesisnya
Alhamdulillah katanya Senin dia exam
Ah, alhamdulillah
Memang selalu ada harapan di sisi-sisi paling gelap sekali pun :"
Kerna aku tau dia intake September, aku tanya kapan rencana balik
semua orang aja pergi T_T
And suddenly I was surprised by her answer
Katanya: "Belum tau nih kapan bisa pulang, soalnya border sudah ditutup"
"Hah?? Border? Border apaan?
Kamu dari mana sih??"
"I'm from Palestine."
"What?? I thought you're from Egypt!"
"Noo. I'm from Palestine."
Ya Allah...
Ku ga tau mesti ngasih response apa.
Aku tanya jadi dia bakal gimana abis lulus
Katanya dia harus stay disini dulu dan mesti perpanjang Visa
Dan masih ga tau bakal gimana nantinya
Astaghfirullah..
Meanwhile aku yang masih punya rumah untuk pulang aja masih ngerasa hopeless sama semua ketidakpastian yang bakal aku hadapi setelah lulus nanti
Apa jadinya dia..
Yang bahkan untuk pulang aja ga tau bisa atau ga
Yang setiap hari khawatir apa yang bakal terjadi sama keluarganya di Palestine
Yang pastinya bakalan lebih sulit buat nyusun rencana hidupnya ke depan
Yang mungkin plan A, plan B, plan C aja ga cukup
Ya Allah,
Aku jadi merasa hina, depresi kerna sesuatu yang ga pantes sama sekali buat dibandingin sama masalah yang dia hadapi
Kayaknya memang ada aja cara Allah buat nunjukin kalo aku kurang bersyukur
Setiap kali ada di stage yang hopeless dan ga tau mesti berbuat apa,
Pasti ada aja sesuatu yang bikin aku berasa 'slapped on my face'
Bahkan sesederhana papasan sama orang yang seminggu sekali belum tentu ketemu
Yang bahkan ketemunya kurang dari 10 menit
Sesederhana baca Qur'an 2 halaman di waktu Maghrib, yang tetiba hari ini isinya tentang bersyukur
Kurang apa lagi coba Zi..
Kalo diingat-ingat
Sebelumnya aku juga pernah ketemu Nur disaat lagi kalut
Kerna tetiba sadar udah ngelakuin kesalahan waktu nyeleksi sungai buat olahan data tesis
Padahal udah hampir di tahap terakhir
Tapi waktu sadar ada yang salah di awal dan mesti ngerjain dari awal lagi,
rasanya pengen nangis sambil teriak sekencang-kencangnya
But instead, aku kabur dari perpus trus ke mushollah buat sholat dzuhur, sambil berlinangan air mata
Di Musholla ketemu Nur, yang walaupun aku udah ngapus air mata,
tapi dari gerak-gerik ku dia tau kalo aku lagi ada masalah
Eh trus dipeluk lah sama dia..
Jadinya ku malah makin nangis deh
Tapi bersyukur kerna Allah udah ngasih sesuatu yang memang paling aku butuhin
Lewat orang yang hampir bisa dibilang masih asing
Ah, life..
Bener-bener ya
Mungkin memang bukan untuk dipertanyakan atau dikhawatirkan
Tapi untuk dijalani sebaik-baiknya dan untuk disyukuri sebesar-besarnya
Alhamdulillah
Terima kasih ya Allah udah ngasih hamba dan keluarga kesehatan dan umur yang panjang
Juga untuk semua berkah dan rezeki yang dicurahkan :"
Terima kasih udah nuntun hamba di jalan ini
I know You know the best :"
Sunday, September 24, 2017
Senja di Geneva (agak lebay memang)
"As I walk to the end of the line
I wonder if I should look back
To all of the things that were said and done
I think we should talk it over
Then I noticed the sign on your back
It boldly says try to look away
I go on pretending I'll be ok
This morning it hits me hard that
Still every day I think about you
I know for a fact that's not your problem
But if you change your mind you'll find me
Hanging on to the place
Where the big blue sky collapse"
- Adhitia Sofyan, Blue Sky Collapse

Jadi hari ini hidupku di bandara Geneva
Pesawat jam 9 malem, tapi ikutan ke bandara jam 12
Bareng andhani dan keluarga yang lanjut ke Vienna
I decided to just stay and relax at the airport for 9 hours
Kerna memang udah bawaan mager dari lahir
Udah bawa print paper yang mesti dikelarin baca besok senin,
buku stephen hawking, sama 2 file tontonan di simpen di hape
(comeback special bts sama law of the jungle ep terakhir)
Tapi trus ternyata flight nya delayed jadi jam 23.40
Pengen nangis guling-guling sambil koprol aja rasanya di sini
Tadi jajan kopi sama cake (kerna niatnya ga bakal makan berat)
Tapi harganya bikin ngelus dada
Nambah 2e lagi udah dapet spare ribs
Kerna delayed, terpaksa beli makanan berat lagi kerna laper
Trus harga makanannya seharga 5x jatah makan di Wage
Pengen nangis ga sih rasanya
Yang tadinya sedih kerna pas belanja pake euro malah dibalikin 30an CHF,
Yang mana ga bakal kepake lagi
Udah determined mo nuker uangnya di Schipol
Taunya uangnya sekarang udah abis sebelum sempat dituker
Malah kurang pun
Why so sad..
Nambah dikit lagi udah dapet coat yang kemaren kepengen banget dibeli 😢😢
Tau gitu stay 1 night lagi aja,
beli tiket pesawat besoknya yang harganya setengah dari tiket yang sekarang
#life
Mana pesawatnya estimated arrival bakalan jam 1an
Mana ada lagi kereta ke Wage jam segitu
Alamat jadi gelandangan di Schipol sampe jam 4 pagi 😢
Cuma bisa menghela nafas 😢
I wonder if I should look back
To all of the things that were said and done
I think we should talk it over
Then I noticed the sign on your back
It boldly says try to look away
I go on pretending I'll be ok
This morning it hits me hard that
Still every day I think about you
I know for a fact that's not your problem
But if you change your mind you'll find me
Hanging on to the place
Where the big blue sky collapse"
- Adhitia Sofyan, Blue Sky Collapse
Jadi hari ini hidupku di bandara Geneva
Pesawat jam 9 malem, tapi ikutan ke bandara jam 12
Bareng andhani dan keluarga yang lanjut ke Vienna
I decided to just stay and relax at the airport for 9 hours
Kerna memang udah bawaan mager dari lahir
Udah bawa print paper yang mesti dikelarin baca besok senin,
buku stephen hawking, sama 2 file tontonan di simpen di hape
(comeback special bts sama law of the jungle ep terakhir)
Tapi trus ternyata flight nya delayed jadi jam 23.40
Pengen nangis guling-guling sambil koprol aja rasanya di sini
Tadi jajan kopi sama cake (kerna niatnya ga bakal makan berat)
Tapi harganya bikin ngelus dada
Nambah 2e lagi udah dapet spare ribs
Kerna delayed, terpaksa beli makanan berat lagi kerna laper
Trus harga makanannya seharga 5x jatah makan di Wage
Pengen nangis ga sih rasanya
Yang tadinya sedih kerna pas belanja pake euro malah dibalikin 30an CHF,
Yang mana ga bakal kepake lagi
Udah determined mo nuker uangnya di Schipol
Taunya uangnya sekarang udah abis sebelum sempat dituker
Malah kurang pun
Why so sad..
Nambah dikit lagi udah dapet coat yang kemaren kepengen banget dibeli 😢😢
Tau gitu stay 1 night lagi aja,
beli tiket pesawat besoknya yang harganya setengah dari tiket yang sekarang
#life
Mana pesawatnya estimated arrival bakalan jam 1an
Mana ada lagi kereta ke Wage jam segitu
Alamat jadi gelandangan di Schipol sampe jam 4 pagi 😢
Cuma bisa menghela nafas 😢
Sunday, September 10, 2017
Life Happened
'So - whatever happened to you?'
'Life. Life happened.'
- One Day, David Nicholls
And so.. here I am
Reading a romance novel at Rotterdam Central
I know, what a random life
Accompanied by a piece of croissant
Would like to have a cup of coffee but afraid that I will need toilet a couple of times later
It feels good to have a slow life for a while
*as if I ever had the opposite
Sitting down with a book and music from your headphone
With all stranger passing over,
some stop by to sit next to you
But no need to have the urge to start a conversation
Most of the time accompanied by the cold breeze
Reading stories made by others
The written one and the real time
At the same time wondering what kind of story
life will bring you after all of this
Seasons change
And so do people
And hearts
But life is life
And time is time
Both have no rewind
And now autumn is coming
But I am feeling the cold of winter
Deep inside my soul
I wish upon a star for a warm and peaceful future
At least for the next 6 months
And if possible for the rest of my life
Ah, I wish I wore a proper jacket :"

'Life. Life happened.'
- One Day, David Nicholls
And so.. here I am
Reading a romance novel at Rotterdam Central
I know, what a random life
Accompanied by a piece of croissant
Would like to have a cup of coffee but afraid that I will need toilet a couple of times later
It feels good to have a slow life for a while
*as if I ever had the opposite
Sitting down with a book and music from your headphone
With all stranger passing over,
some stop by to sit next to you
But no need to have the urge to start a conversation
Most of the time accompanied by the cold breeze
Reading stories made by others
The written one and the real time
At the same time wondering what kind of story
life will bring you after all of this
Seasons change
And so do people
And hearts
But life is life
And time is time
Both have no rewind
And now autumn is coming
But I am feeling the cold of winter
Deep inside my soul
I’m walking barefoot through the memories
With the fallen leaves
I’m letting go of the people I haven’t been able to forget
- Time and Fallen Leaves, Akdong Musician
I wish upon a star for a warm and peaceful future
At least for the next 6 months
And if possible for the rest of my life
Ah, I wish I wore a proper jacket :"
Friday, September 08, 2017
At Least I've Tried
I wonder
Maybe
Love is a luxury
Which I don't deserve
How much wealth do I have to possess
To be worthy of this fancy opulence
Why should everything is about money
But I believe that love is not the only thing that promises happiness
At least I'm trying to believe
Because that's the only hope that helps me alive
And maintain my sanity
That at least I've tried

Maybe
Love is a luxury
Which I don't deserve
How much wealth do I have to possess
To be worthy of this fancy opulence
Why should everything is about money
But I believe that love is not the only thing that promises happiness
At least I'm trying to believe
Because that's the only hope that helps me alive
And maintain my sanity
That at least I've tried

Tuesday, August 29, 2017
Chocolonely

Akhir-akhir ini ga tau kenapa, I can't help but feeling so sad and down
Berasa pengen nangis setiap hari
Bukan berasa ding, tapi emang hampir tiap hari nangis
Rasanya pengen bikin waktu berhenti, atau skip tahun depan
Ga bersyukur banget ya jadi orang
Makan cokelat 70% chocolonely setengah batang juga ga membantu ningkatin endorfin
Yang ada malah bikin feeling lonely, all alone in the world
“It has been said, 'time heals all wounds.' I do not agree. The wounds remain. In time, the mind, protecting its sanity, covers them with scar tissue and the pain lessens. But it is never gone.”
― Rose Fitzgerald Kennedy
Pernah ga sih kamu ngerasa sepi yang parah banget sampe rasanya pengen dipeluk, sama siapapun?
Kata orangnya yang imannya lebih kuat, mungkin, sebabnya kerna lagi jauh sama Allah aja
Ya..it could be
Sholat juga sekedar sholat, akhir-akhir ini
Astaghfirullah..
Ntah lah, ya Allah, Zia lelah
Apa semua orang pasti ada di titik krisis kayak gini ya?
Ada yang bilang quarter life crisis
Mungkin itu core nya, tapi banyak hal lain yang jadi bumbunya
Terutama pms sih
Kenapa cwe selalu nyalahin pms
Ya mo gimana lagi, hormon ga bakal bohong sih
But I wish I can be with you and talk about all these random things in life all day all night
Thursday, August 10, 2017
Standard Brain Deviation
I think I'm going crazy
Which one is actually bigger?
The space of mind or the space of heart?
Or should I use volume instead of space?
But using three dimensions variables doesn't seem right
Now I understand how devastating being under stress and depression over a long time period is
It is understandable how years of period could lead to deviations in mental health
What exactly is happening in your brain when this kind of situation occurs?
Should I search in google?
No, I don't think I have enough energy to read it
No, I do have energy but not enough to maintain a short period of understanding medical text about synapses and hormone and everything
No, maybe I actually kind of aware what could be happening
Or it's just my assumption?
That I know
Many times, I could not rely on my memory
I don't even know why I'm talking about all of this
And this proves that I'm going crazy
Ability to talk shi*ty things
I mean, unimportant things
Sorry
If later on I come back to this post and found out that my assumption is not proven,
then I can just learn that I was, once, in the state of almost giving up on my healthy state of mind, and heart
Annyeong


Which one is actually bigger?
The space of mind or the space of heart?
Or should I use volume instead of space?
But using three dimensions variables doesn't seem right
Now I understand how devastating being under stress and depression over a long time period is
It is understandable how years of period could lead to deviations in mental health
What exactly is happening in your brain when this kind of situation occurs?
Should I search in google?
No, I don't think I have enough energy to read it
No, I do have energy but not enough to maintain a short period of understanding medical text about synapses and hormone and everything
No, maybe I actually kind of aware what could be happening
Or it's just my assumption?
That I know
Many times, I could not rely on my memory
I don't even know why I'm talking about all of this
And this proves that I'm going crazy
Ability to talk shi*ty things
I mean, unimportant things
Sorry
If later on I come back to this post and found out that my assumption is not proven,
then I can just learn that I was, once, in the state of almost giving up on my healthy state of mind, and heart
Annyeong


Saturday, July 01, 2017
Antara Cinta dan Komitmen

Kenapa ya, seharian ini bawaannya melo
yaelah, melo mulu ih
Tambah dengerin lagunya Suga - So Far Away yang cover baru
Huft
Mungkin karena cuaca lagi mendukung banget
Tadi pagi pas bangun emang dingin banget
Trus tidur lagi kan abis subuh,
ngantuk banget gegara kasus gaje semalem yang bikin tidur kemaleman
Pas bangun lagi di luar udah basah gitu, abis ujan dan masih gerimis
Sendirian pula di kamar, yaudah lah makin makin
Pengen nelepon rumah, tapi lagi pada jalan2 ke Simarjarunjung
Jalan2 mulu mereka, abis mudik kemaren, pada ke Sibolga
Maen di pantai
Trus tadi pada maen ke gunung, lihat Danau Toba dari atas
Jalan2 wajib setiap lebaran
Sedih ga sih cuma bisa lihat doang dari sini, hiks
Kangen orang, tapi orangnya ga kangen
Pengen ngobrol juga ga bisa
Ngarep ditelepon, tapi chat aja kaga
Yaudah sih, makanya jangan ngarep
Nyoba nesis, tapi kepala isinya uneg2
Ga bisa mulai nulis kalo masih banyak pikiran gini
Jadi yaudah curhat disini aja
Huft
Tadi abis ngobrol sama cewe yang pengen aku lamar aja jadi istri
Tapi ga bisa kerna aku cewe dan kita berdua masih straight
alhamdulillah yha
Satu2nya temen ngobrol rutin almost everyday
Yang bisa ngisi rasa kesepian uwe yang ga jelas ini
Ah, siapa ya cowo beruntung yang bakal dapetin kamu
Doi lagi galau suka sama orang tapi ga mau pacaran atau temenan
Maunya jadi suami aja
Katanya, "Kayaknya aku mulai pengen nikah"
Trus aku speechless
Well, siapa sih yang ga pengen nikah
Ada toh?
Pengen sih nikah, tapi...
Kenapa ya, I always think that marriage is difficult
Malah dulu sempat terlintas untuk stay single for the rest of my life
Yah, pernah sih untuk beberapa waktu sebelumnya merasa yakin udah nemuin 'the one'
Yang kemudian sirna
Ya jodoh siapa yang tau
Tapi serius deh,
kenapa ya makin kesini makin hopeless
Banyak orang yang bilang,
"Menikah itu soal komitmen, bukan cuma soal cinta"
Oke, setuju
Tapi banyak yang mengindikasikan bahwa pernyataan ini berarti
love will fade, so don't use it as the ground of your marriage
Bahwa komitmen adalah pondasi yang lebih kuat dalam membina sebuah keluarga
Yaa...setuju sih
I've witnessed many pieces of evidence that this statement is true
That love will definitely fade away
Even worse
It changes
Tapi ntah kenapa,
deep down in my heart
I'm still hoping to find 'the one' who can love me for the rest of his life
I mean, 'the one' who has the same perspective as me,
to maintain our love for the rest of our life
Someone who will stay beside me not only because of commitment
Because staying with someone who based his company on only commitment is the least I want in my life
But I also know that it's kind of impossible
Or maybe I just haven't found the one
Or, maybe there is noone as naive as me out there,
who adores love in another level
Apalagi,
akhir-akhir ini aku mulai sadar,
bahwa masing-masing orang mencintai dengan cara yang berbeda
Berbahagialah pasangan yang memiliki frekuensi sama dalam mengekspresikan rasa cintanya
Atau mungkin, frekuensi yang sama akan terbentuk after spending times together?
Atau mungkin, you don't have to be in the same frequency?
that this is where we use the term: 'to understand each other'?
Mungkin kegagalan dalam hal ini yang banyak membuat 'gagal'nya pernikahan orang-orang?
When they realized that they made the wrong decision
Maybe it's not wrong, it's just that they failed in achieving this state
Some decided to find another 'love', hoping that he/she is in a closer 'frequency'
While the other try to use 'commitment' to stay together
Or maybe I underestimate the meaning of commitment?
Maybe commitment is more than just commitment?
Maybe, you can only committed to someone if you love him/her?
If that's the case, that's even more perfect!
Tapi emang ada ya?
Sejauh ini belum nemu contoh nyata secara langsung
Mungkin jawaban dari semua ini baru bakal ditemukan ketika aku udah ada di dalamnya
Tapi tetap aja sih belum terjawab
Baru bakal terjawab dipenghujung hidup, sepertinya
That's why I thought that marriage is difficult
because there are so many uncertainties in it
Or maybe, once again,
I haven't found the right one
Ya gimana sih caranya kamu tau kalo seseorang itu orang yang tepat?
Orang yang ditakdirkan buat kamu dunia akhirat?
Pusing amat ya,
Beginilah mungkin kalo orang level keimanan nya masih lemah dan ga stabil
Padahal semua pertanyaan tadi bisa dijawab dengan berserah diri sama Allah
Hidup itu ga ribet, kita aja yang bikin ribet
Kenapa ga rela berserah diri ke Allah?
Kerna merasa jadi makhluk lemah yang ga bisa apa-apa?
Ya emang kenyataannya lemah!
Berserah diri itu kan bukan berarti ga ngelakuin apa-apa
Ada yang namanya ikhtiar
Tapi trus tetep aja ujung-ujungnya,
apapun hasilnya ya ga ada yang tau
Ya tapi kan jangan kerna takut hasilnya ga sesuai harapan,
lantas memilih untuk tidak memulai sama sekali
Lah orang belum ada hasilnya juga
Kenapa berburuk sangka sama Allah?
Sebelum yakin sama siapapun itu yang akan jadi imam hidup kamu nantinya,
Yakin dulu sama Allah sepenuhnya, Zi
Gimana mau nemuin jodoh kalau sama Allah aja masih ga percayaan
Huft
Thursday, June 22, 2017
One Call Away
I've been told, several times,
by no other than the most independent woman I've known, other than my own sister,
(how many times have I said this already?)
that I'm a hopeless romantic.
I think maybe it's because I showed my honest expression
that I couldn't show to anybody
(I know this is not enough as a clarification, Noy)
I mean, to whom would I said comment like,
"I think that sitting side by side in the bus is romantic",
other than myself, if it's not to you, haha
because I know it's a bit, well, too much
But I still think that strolling around the canals (and taking pictures, if you know what I mean) in Utrecht is romantic!
with a side note, pure strolling, without the intention of buying anythings as most of the times we do
And now I feel like giving testimony over something trivial,
of which I personally judge that you will give the same comment,
so I write it here instead
Haha

(I know this is unrelated, but I love this pict, and to show that the sun was amazing!)
It's not that I'm a hopeless romantic,
(and I wouldn't really mind if it's still so)
but it's proven that, many times,
one phone call can really do make a big difference
(and suddenly Spotify plays Charlie Puth - One Call Away, really! haha)
There is this strange flow of energy of getting to 'directly' interact
without giving the time to think about the exact meaning of the text you received
or the meaning behind it, or behind it
(well, maybe a matter of over-thinking also plays an important buffer in this case)
But we do that, don't we?
Analysing the meaning behind a text,
or even just try to understand the feeling behind the text
or the story behind it, or maybe what the writers were doing when he/she wrote it
(please tell me I'm normal even if I do this kind of thing)
And there is this thing about mind that you cannot control, isn't it (or not?)
I mean, even if you determined not to think about something, you will end up thinking about it
Because the act of determination of controlling this thought itself means that you are thinking about it
(or am I too much? is it only me?)
Even if it's a mere insignificant thought,
Even if you try to forget about it,
it's still there
it can linger the whole year
Just like the typical grass you can find at the side of the road
They will be there in all seasons, without your effort to care for them
They just change colours
Maybe you can't really see them in winter
when they were covered by snow
But believe me, they're still there
And why do I suddenly talk about all these insignificant things
when the first intention of writing this post was just to say that I'm happy today!
Haha, zampah banget yha
Anyway
Have a nice day!
Annyeong!
by no other than the most independent woman I've known, other than my own sister,
(how many times have I said this already?)
that I'm a hopeless romantic.
I think maybe it's because I showed my honest expression
that I couldn't show to anybody
(I know this is not enough as a clarification, Noy)
I mean, to whom would I said comment like,
"I think that sitting side by side in the bus is romantic",
other than myself, if it's not to you, haha
because I know it's a bit, well, too much
But I still think that strolling around the canals (and taking pictures, if you know what I mean) in Utrecht is romantic!
with a side note, pure strolling, without the intention of buying anythings as most of the times we do
And now I feel like giving testimony over something trivial,
of which I personally judge that you will give the same comment,
so I write it here instead
Haha

(I know this is unrelated, but I love this pict, and to show that the sun was amazing!)
It's not that I'm a hopeless romantic,
(and I wouldn't really mind if it's still so)
but it's proven that, many times,
one phone call can really do make a big difference
(and suddenly Spotify plays Charlie Puth - One Call Away, really! haha)
There is this strange flow of energy of getting to 'directly' interact
without giving the time to think about the exact meaning of the text you received
or the meaning behind it, or behind it
(well, maybe a matter of over-thinking also plays an important buffer in this case)
But we do that, don't we?
Analysing the meaning behind a text,
or even just try to understand the feeling behind the text
or the story behind it, or maybe what the writers were doing when he/she wrote it
(please tell me I'm normal even if I do this kind of thing)
And there is this thing about mind that you cannot control, isn't it (or not?)
I mean, even if you determined not to think about something, you will end up thinking about it
Because the act of determination of controlling this thought itself means that you are thinking about it
(or am I too much? is it only me?)
Even if it's a mere insignificant thought,
Even if you try to forget about it,
it's still there
it can linger the whole year
Just like the typical grass you can find at the side of the road
They will be there in all seasons, without your effort to care for them
They just change colours
Maybe you can't really see them in winter
when they were covered by snow
But believe me, they're still there
And why do I suddenly talk about all these insignificant things
when the first intention of writing this post was just to say that I'm happy today!
Haha, zampah banget yha
Anyway
Have a nice day!
Annyeong!
Friday, May 19, 2017
Mind Over Matter
Memang ya, Allah itu Maha segalanya
Sometimes I thought that I really can feel what other people's feels
I empathize a lot
That I'm the type of person who deeply rely on my feelings and intuitions
But feelings and intuitions are indeed not necessarily same as the actual facts
duh, ngomong opo toh zi
Yah, pokoknya gitu deh
Mo nulis pake bahasa Indonesia dulu ga papa ya
Lagi kangen Indonesia
Akhir-akhir ini sering banget ngerasa 'ditampar', sama Allah
Astaghfirullah, sounds so wrong
Apa dong, bingung juga mo pake kata apa
Intinya ada aja emang caranya Allah nyadarin kita
Bahwa apa yang orang lain rasakan,
baru akan benar-benar kita mengerti
ketika kita berada di posisi yang sama
Allah benar-benar ngasih cara paling efektif untuk belajar
Ngasih kita sesuatu yang persis sama dengan apa yang sebelumnya kita anggap bukan hal yang patut dibesar-besarkan oleh orang lain
Beberapa hari kemarin sempat tersesat dan ngelakuin hal yang sama
Untuk kemudian tersadar,
what the hell am I doing
I'm almost doing it the same way as you did, which I hated so much before
I thought there is no way it could hurt you to that extent
Turned out that I shouldn't judge whatever choices people took for the sake of their life
It's just the way they choose to survive
Bahwa belum tentu, ketika dihadapkan dengan masalah yang sama,
I can do any better
Ada aja emang cara Allah menuntut kita untuk segera dewasa
Nempatin kita di semua sudut, untuk bisa melihat lebih baik
Bahwa kalo memang menurut kamu apa yang orang lain lakuin itu bukan jawaban yang terbaik
Let's see jawaban lebih baik apa yang bisa kamu kasih ketika kamu benar-benar di posisi yang sama
Maybe it hurt you way more than it did to me
That you end up losing to your own fears
and decided to do whatever it wanted you to do
Now I start to feel sorry for what I did
Blaming instead of reaching out
But I'm not going to go back
The past is there for you to learn
I decided not to do it the same way either
I'm not going to do the same mistake
I'm going to win over my dark thoughts and useless worries

"Living is all about the choices you make moment by moment
Even if it’s just a log bridge, you must make a choice:
Do you go forward? Do you turn around, or do you stop?
Where I am now is the result of countless choices made in the past." - Reply 1994
and you, yes you
where you are now is the result of your past choices
so thank you for being with me
Cheers for the moment
and hopefully for the future :)
Sometimes I thought that I really can feel what other people's feels
I empathize a lot
That I'm the type of person who deeply rely on my feelings and intuitions
But feelings and intuitions are indeed not necessarily same as the actual facts
duh, ngomong opo toh zi
Yah, pokoknya gitu deh
Mo nulis pake bahasa Indonesia dulu ga papa ya
Lagi kangen Indonesia
Akhir-akhir ini sering banget ngerasa 'ditampar', sama Allah
Astaghfirullah, sounds so wrong
Apa dong, bingung juga mo pake kata apa
Intinya ada aja emang caranya Allah nyadarin kita
Bahwa apa yang orang lain rasakan,
baru akan benar-benar kita mengerti
ketika kita berada di posisi yang sama
Allah benar-benar ngasih cara paling efektif untuk belajar
Ngasih kita sesuatu yang persis sama dengan apa yang sebelumnya kita anggap bukan hal yang patut dibesar-besarkan oleh orang lain
Beberapa hari kemarin sempat tersesat dan ngelakuin hal yang sama
Untuk kemudian tersadar,
what the hell am I doing
I'm almost doing it the same way as you did, which I hated so much before
I thought there is no way it could hurt you to that extent
Turned out that I shouldn't judge whatever choices people took for the sake of their life
It's just the way they choose to survive
Bahwa belum tentu, ketika dihadapkan dengan masalah yang sama,
I can do any better
Ada aja emang cara Allah menuntut kita untuk segera dewasa
Nempatin kita di semua sudut, untuk bisa melihat lebih baik
Bahwa kalo memang menurut kamu apa yang orang lain lakuin itu bukan jawaban yang terbaik
Let's see jawaban lebih baik apa yang bisa kamu kasih ketika kamu benar-benar di posisi yang sama
Maybe it hurt you way more than it did to me
That you end up losing to your own fears
and decided to do whatever it wanted you to do
Now I start to feel sorry for what I did
Blaming instead of reaching out
But I'm not going to go back
The past is there for you to learn
I decided not to do it the same way either
I'm not going to do the same mistake
I'm going to win over my dark thoughts and useless worries
"..learn the lesson, release the pain, and move on.."

"Living is all about the choices you make moment by moment
Even if it’s just a log bridge, you must make a choice:
Do you go forward? Do you turn around, or do you stop?
Where I am now is the result of countless choices made in the past." - Reply 1994
and you, yes you
where you are now is the result of your past choices
so thank you for being with me
Cheers for the moment
and hopefully for the future :)
Tuesday, May 09, 2017
Getting Old
“For what it’s worth: it’s never too late or, in my case, too early to be whoever you want to be.
There’s no time limit, stop whenever you want. You can change or stay the same, there are no rules to this thing.
We can make the best or the worst of it. I hope you make the best of it.
And I hope you see things that startle you. I hope you feel things you never felt before.
I hope you meet people with a different point of view. I hope you live a life you’re proud of.
If you find that you’re not, I hope you have the courage to start all over again.”
― Eric Roth, The Curious Case of Benjamin Button Screenplay

(goodreads)
Well, getting old is indeed scary
If only we all can be Wendy
Having Peter who would gladly bring you to the Neverland whenever you change your mind
But why exactly does getting old scare us?
Age is merely a number
Is it the need to be 'more adult'-ish as you age?
.. But what is an adult?

Hmm.. that is what google said
a person who is fully grown or developed
emotionally and mentally mature
*sigh*
I think, personally, this 'adult' thing is only part of it
Grown, developed, emotionally and mentally mature are not something you can control or, in fact, measure
But surely it is something you will definitely gain as you're getting old
Even if you do nothing
So what's the need to be afraid?
I suppose most of the fear comes from the pressure of what we think other people expect us to be
Or what we, ourselves, expect us to be
Hmm.. The first one is definitely not something we have to waste our energy for
Thinking about our expectations is already exhausting, let alone other people's
While the second is something that is so complicated, that I would be able to talk about for hours
And that is not what I intended to do when I decided to write this post
Bu the point is, there is nothing to be afraid of
When you think that it's getting hard
Don't forget that everyone around you is also struggling
It's just natural
That's what life is
Even a mosquito need to be in danger just for a drop of blood
Laughing, crying, complaining, getting angry, are all natural
It's just the way it is
Ah, I just realized, getting afraid is also natural then
Well, it is. Hahaa
But always remember this:
...لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"On no soul doth Allah place a burden greater than it can bear"
(2 : 286)
Life is difficult
Indeed
But you are strong
So what?
“The moment you doubt whether you can fly, you cease forever to be able to do it.”
― J.M. Barrie, Peter Pan
Panjang yaa..hahaa
Selamat ulang tahun!
I wish you all the best thing that life could offer!
:)
There’s no time limit, stop whenever you want. You can change or stay the same, there are no rules to this thing.
We can make the best or the worst of it. I hope you make the best of it.
And I hope you see things that startle you. I hope you feel things you never felt before.
I hope you meet people with a different point of view. I hope you live a life you’re proud of.
If you find that you’re not, I hope you have the courage to start all over again.”
― Eric Roth, The Curious Case of Benjamin Button Screenplay
(goodreads)
Well, getting old is indeed scary
If only we all can be Wendy
Having Peter who would gladly bring you to the Neverland whenever you change your mind
But why exactly does getting old scare us?
Age is merely a number
Is it the need to be 'more adult'-ish as you age?
.. But what is an adult?
Hmm.. that is what google said
a person who is fully grown or developed
emotionally and mentally mature
*sigh*
I think, personally, this 'adult' thing is only part of it
Grown, developed, emotionally and mentally mature are not something you can control or, in fact, measure
But surely it is something you will definitely gain as you're getting old
Even if you do nothing
So what's the need to be afraid?
I suppose most of the fear comes from the pressure of what we think other people expect us to be
Or what we, ourselves, expect us to be
Hmm.. The first one is definitely not something we have to waste our energy for
Thinking about our expectations is already exhausting, let alone other people's
While the second is something that is so complicated, that I would be able to talk about for hours
And that is not what I intended to do when I decided to write this post
Bu the point is, there is nothing to be afraid of
When you think that it's getting hard
Don't forget that everyone around you is also struggling
It's just natural
That's what life is
Even a mosquito need to be in danger just for a drop of blood
Laughing, crying, complaining, getting angry, are all natural
It's just the way it is
Ah, I just realized, getting afraid is also natural then
Well, it is. Hahaa
But always remember this:
...لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"On no soul doth Allah place a burden greater than it can bear"
(2 : 286)
Life is difficult
Indeed
But you are strong
So what?
“The moment you doubt whether you can fly, you cease forever to be able to do it.”
― J.M. Barrie, Peter Pan
Panjang yaa..hahaa
Selamat ulang tahun!
I wish you all the best thing that life could offer!
:)
“You know that place between sleep and awake, that place where you still remember dreaming?
That’s where I’ll always love you. That’s where I’ll be waiting.”
― J.M. Barrie, Peter Pan